"Ajarkan aku menjadi naif.
Senaif dirimu yang masih bisa tertawa.
Senaif kebahagiaan di alam kita berdua.
Karena setiap detik kala kenyataan mulai bersinggungan,
Aku rasakan sakit yang nyaris tak tertahankan.
Atau ajarkan aku menjadi penipu,
Apabila ternyata kau merasakan sakit itu dalam tawamu."
Dee, Supernova.
"Apa yg kamu ketahui tentang berpegangan erat pada seseorang yg mencoba melepaskanmu ? apa yg kamu ketahui tentang kekalahan, tentang air mata yg jatuh ketika kamu jalan menjauh dan meyadari bahwa tidak ada seseorangpun yang mengejarmu di belakang, memanggil namamu, da mencoba menghentikanmu ? apa yg kamu ketahui tentang semua itu ? apa yg kamu ketahui tentang saya ? apa yang membuat anda berhak merebut dia dr saya ?
apa yg kamu ketahui tentang mencintai ? apa yg kamu ktahui tentang apa yg saya rasakan ketika saya mengatakan padanya tidak menginginkan apapapa lagi didunia ini yang tudak megikutsertakannya ? apa yg kamu ketahui tentang di tinggalkan ? apa yang kamu ketahui tentang ditinggalkan oleh seseorang sebelum ia benar" pergi ? apa yg kamu ketahui tentang memaafkan ?"
It is bad? When you see her face everyday in the rest of your life?
It is bad? When your eyes opened and saw her next to you and have her every night when they closed?
When you do nothing, just listening the song, and hear she's singing, hear every single breathe.
When there is no secret, no tears that you must hiding beside her.
When everytime she touch you, the worries all gone.
When everytime she talk to you, you'll fell better.
When every time you breathe she is always cross your mind.
No, i think it is not bad, it is gift.
Akankah ini seperti lilin, yang bergerak bimbang diterpa angin dan berakhir ketika mencapai titik sumbu terakhir?
Yang kemudian digantikan lilin lain ketika nyalanya sudah tidak bisa menerangi.
Ataukah dia menyimpannya dalam suatu gelas dan kemudian secara rutin dia ganti sumbunya agar tetap dapat menyinari keseluruhan hidupnya?
"Ya Allah berilah kekuatan kepada semua warga suriah khususnya, dan umumnya kepada semua umat muslim agar dapat mengetahui mana yang benar dan dapat melawan tipu daya orang kafir."
"Ya Allah, apabila tiba saatnya nanti, tetapkanlah hatiku hanya untuknya, begitu pula sebaliknya. Jangan biarkan kami menghiasinya dengan saling menyakiti, jangan biarkan semua ternoda dengan saling mengkhianati. Semoga kami selalu istiqamah kepada-Mu."
Ada kehangatan di sekitar dingin pagi, yang semakin kuat menarik dan bahkan mengabaikan protes keras rutinitas.
Dan seketika kecemasan itu muncul kembali, akankah ia memberikan rasa yang sama?
Mantap dia berjalan walau dalam gontai, indah dia tersenyum walau kebas kegetiran.
Kembali kesini, masuk kedalam sebuah coffee shop yang selalu ramai oleh wanita sebayanya.
Perlahan dia memandang sekeliling tempat yang sangat indah itu, tempat dimana ia biasa mengisi canda dan tawa, tempat dimana ia biasa melepas penat dan dahaga.
Terduduk dia di sudut sebuah sofa nyaman, yang dia anggap menjadi miliknya dari tiga tahun yang lalu saat pertama kali dia masuk ke tempat itu.
Menatap pilu gelas dingin yang terisi setengahnya. Isi yang selalu sama yang diberikan untuknya. Entah mengapa kini sudah tidak bisa lagi meredakan dahaganya, terlebih emosinya.
Ketenangan yang biasa dia dapatkan disini sudah hilang ditelan kebisingan pelanggan yang lain.
Tidak bisakah tempat ini menjadi miliknya seorang, hingga gelasnya menjadi penuh tanpa harus dibagi dengan yang lain?
Pada akhirnya dia tersadar dan berjalan keluar. Berharap temukan suatu tempat yang bisa memberinya ketenangan nyata, yang bisa memberinya satu gelas yang berisi penuh.
Dan aku tau kamu pasti akan menemukannya.
Ini bisa dilihat, apalagi dirasakan, dan aku tau kamu bisa merasakan, intuisi seringkali benar, dan cukuplah bagiku seperti ini, setidaknya untuk saat ini.
“Dengar, Naomi, aku tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu. Mungkin kau
pernah terluka karena seorang laki-laki. Atau mungkin alasannya sama sekali berbeda. Entahlah. Hanya kau yang tahu. Tapi kau harus tahu bahwa tidak semua laki-laki itu sama. Rasanya tidak adil memusuhi semua laki-laki hanya karena kesalahan satu orang. Terutama apabila laki-laki itu
sebaik yang kaukatakan tadi.”
(Spring in London)
